Ulah Canda Pandji Soal Ritual Toraja Picu Protes

Candaan lama Pandji Pragiwaksono soal adat Toraja—yang menyebut ritual Rambu Solo’ sebagai penyebab kemiskinan dan jenazah ditaruh di ruang tamu—mendadak viral kembali. Masyarakat adat Toraja bereaksi keras, menuntut permintaan maaf publik dan mempertimbangkan sanksi adat hingga 50 kerbau.


Kronologi Kejadian

Pada pertunjukan stand-up comedy “Mesakke Bangsaku” di tahun 2013, Pandji Pragiwaksono mengangkat materi yang menyinggung tradisi Rambu Solo’—ritual pemakaman masyarakat Toraja yang dianggap sakral. Materinya antara lain:

“Di Toraja, kalau ada keluarga yang meninggal, makaminya pakai pesta yang mahal banget… Banyak yang nggak punya duit akhirnya jenazahnya dibiarin aja di ruang TV depan tamu,” ujarnya dalam video yang kini viral. detikcom+1

Potongan video tersebut kemudian ramai di media sosial pada awal November 2025, memunculkan gelombang protes dari masyarakat Toraja dan lembaga adat. Ketua Umum Tongkonan Adat Sang Torayan (TAST) menyampaikan

“Kalau sudah jelas ada pelanggaran adat seperti ini, tentu ada konsekuensi. Bisa jadi dendanya sampai 50 kerbau.” detikcom+1


Pernyataan Pandji & Permintaan Maaf

Menanggapi protes yang kian meluas, Pandji akhirnya angkat bicara pada 4 November 2025 melalui unggahan Instagram. Ia menulis:

“Selamat pagi Indonesia. Terutama untuk masyarakat Toraja yang saya hormati… dari obrolan saya menyadari bahwa joke yang saya buat memang ignorant, dan untuk itu saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya.” detikcom+1

Ia mengaku telah berdialog dengan Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Rukka Sombolinggi, memahami bahwa makna adat Rambu Solo’ sangat dalam dan bukan sekadar ritual “pesta kematian”. Ia menyatakan kesiapan bertemu perwakilan 32 wilayah adat Toraja untuk proses penyelesaian. detikcom


Reaksi & Tuntutan Masyarakat Toraja

  • Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Makassar, Amson Padolo, menyoroti dua hal yang paling melukai: anggapan bahwa banyak warga Toraja jatuh miskin akibat pesta adat, dan jenazah dibiarkan di ruang tamu depan TV. detikcom

  • TAST selain menyerukan permintaan maaf terbuka, juga menegaskan akan menempuh somasi hukum dan prosedur adat. Konteks – Baca Teks Sesuai Konteks


Dampak & Pelajaran yang Bisa Diambil

  • Kasus ini memperlihatkan bahwa “humor” yang mengangkat budaya dan identitas suku bisa menimbulkan luka jika tidak dilandasi pemahaman dan kepekaan.

  • Bagi publik figur, konteks budaya sangat penting dan materi komedi perlu dikaji ulang agar tidak mengulang stereotip yang bisa memicu konflik.

  • Bagi masyarakat luas, ini jadi pengingat akan pentingnya menghormati keragaman budaya serta makna ritual tradisional—yang bisa saja dianggap biasa oleh sebagian orang, tapi sakral bagi komunitas yang memegangnya.

  • Dari sisi penyelesaian konflik, kombinasi antara jalur adat dan hukum negara menunjukkan bahwa masalah budaya bukan sekadar soal publik, tapi juga legal dan komunitas.


Kesimpulan

Candaan komika Pandji Pragiwaksono soal ritual adat Toraja telah memicu kehebohan nasional dan tuntutan serius dari masyarakat Toraja. Permintaan maaf sudah dilayangkan, namun proses penyelesaian baik secara adat maupun hukum masih berjalan. Kasus ini menjadi bukti bahwa kata-kata punya dampak nyata, dan pelaku publik harus berhati-hati ketika menyentuh budaya orang lain—karena untuk sebagian, itu bukan lelucon, melainkan warisan dan identitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *